Sunday 14 January 2018

Edisi Jurnal minggu ini 15 Januari 2018

Jurnal Mingguan Analisa Forex
Penderitaan dolar AS sejak pertengahan Desember berlanjut lagi bahkan di sesi penutupan pekan lalu (8-12 Januari), rival-rival greenback semakin intensif memukul mata uang cadangan dunia tersebut.
Mungkin ada benarnya apa yang pernah kami laporkan pada 28 Desember 2017 di mana beberapa analis bank besar melihat bahwa di tahun ini Federal Reserve tak lagi menjadi pengendali dolar AS melainkan bank-bank sentral utama lainnya.
Pada dinamika di bursa forex dan emas sekitar sepekan terakhir kita melihat bagaimana pasar bereaksi terhadap langkah Bank of Japan (BoJ) yang memangkas jumlah pembelian obligasi pemerintah Jepang, memicu spekulasi pasar bahwa bank tersebut dapat memperlambat stimulus moneternya pada akhir tahun ini.
Tak lama berselang beredar sebuah isu yang menyebut China akan mengurangi atau menghentikan pembelian obligasi pemerintah AS, yang meskipun akhirnya kabar itu ditampik oleh pemerintah China, jelas terlihat tekanan yang hebat menampar dolar AS, sekaligus sebuah pengingat bagi pemerintah AS bahwa Beijing adalah bankir mereka dengan menjadi pemegang Treasury AS terbesar.
Baru saja isu itu berlalu, sikap hawkish yang mengejutkan terlihat dari catatan rapat kebijakan terakhir European Central Bank (ECB) yang mengisyaratkan bank tersebut siap melakukan gradual shift, perubahan secara bertahap, yang kemudian diterjemahkan sebagai persiapan ECB untuk mengetatkan kebijakan moneternya alias bersiap menaikkan suku bunga.
Sementara itu dari pada wilayah moneter UK, sejauh ini Bank of England (BoE) belum menyuarakan pertimbangan dan rencananya di masa depan meskipun banyak pengamat menilai bank tersebut akan segera menaikkan suku bunganya lagi di tahun ini menyusul kenaikan di November tahun lalu, kenaikan suku bunga acuan BoE yang pertama dalam satu dekade. BoE memang masih di posisi dilematis dan dipusingkan dengan tingkat inflasi yang terus berada di atas targetnya namun di sisi lain bayang-bayang Brexit masih menghantui pertumbuhan ekonomi kesatuan empat kerajaan tersebut.  
Arus pelemahan dolar AS berlanjut hingga detik-detik terakhir penutupan sesi pekan lalu. Pada hari Kamis data inflasi AS memburuk, disusul inflasi konsumen pada hari Jumat yang juga mengecewakan. Akhirnya pada hari terakhir pekan lalu euro melesat ke $1,2189, titik tertinggi sejak 29 Desember 2014 sedangkan pound sterling semakin perkasa hingga terdorong ke $1,3737, level tertinggi sejak  hasil referendum Brexit Juni 2016, yang juga terdongkrak oleh sebuah laporan bahwa Spanyol dan Belanda mendukung soft Brexit.
Mata uang lainnya seperti yen, franc, dolar Australia dan dolar Kanada, termasuk juga harga emas, ikut menikmati arus bearish dolar AS di sesi penutupan pekan lalu. Hanya dolar Selandia Baru yang mengakhiri sesi perdagangan Jumat masuk sedikit ke wilayah negatif namun tetap berakhir positif pada basis mingguan.
Selanjutnya di pekan depan ada beberapa data penting dari UK seperti inflasi harga konsumen dan penjualan ritel, rapat kebijakan Bank of Canada (BoC) juga data industri dan PDB China yang akan menjadi magnet perhatian para pelaku pasar di bursa forex dan emas. 
Secara FundamentalWorld Bank (WB) memperingatkan bahwa kegagalan untuk mencapai kesepakatan yang mulus bagi UK untuk meninggalkan Uni Eropa (UE) dapat menimbulkan risiko serius terhadap pemulihan ekonomi Eropa pada tahun 2018. "Jika ada kejutan di sepanjang jalan Brexit, bisa menggagalkan pemulihan Eropa dan pemulihan itu  harusnya sangat kuat," kata Franziska Lieselotte Ohnsorge mengatakan kepada Xinhua. Ohnsorge, kepala ekonom WB, adalah salah satu penulis utama sebuah laporan "Prospek Ekonomi Global" mencatat bahwa di Eropa ketidakpastian tetap meningkat dan dapat meningkat lagi, membebani kepercayaan dan pertumbuhan di kawasan tersebut.
Menurut Ohnsorge, laporan tersebut mencatat bahwa negosiasi Brexit dapat membahayakan keputusan investasi di seluruh Eropa dan Brexit sudah pasti memiliki efek pada ekonomi UK. "Brexit itu sulit, kami memperkirakan pertumbuhan di UK melambat dari 1,6 persen menjadi 1,4 persen," katanya. Tidak ada jalan yang jelas bagi Brexit dan tidak ada kepastian saat UE dan UK memasuki fase kedua dan lebih kompleks dari negosiasi Brexit tentang apa arti Brexit untuk perdagangan antara kedua belah pihak.
Prospek Brexit di mana UK keluar dari blok 28 negara tanpa kesepakatan mengenai tarif atau penyediaan layanan keuangan dapat memukul UK dan UE yang bergantung pada pasar modal yang likuid di London untuk sebagian besar pembiayaan hutang dan investasinya. Menurut Ohnsorge, Brexit tanpa kesepakatan (No Deal Bexit), atau dengan kesepakatan namun memiliki persyaratan tarif yang ketat, belum bisa menjadi model tapi akan mengganggu perdagangan dan pertumbuhan.
"Itu adalah salah satu risikonya, tidak hanya untuk ekonomi UK tapi juga ekonomi Eropa," katanya. Laporan Ohnsorge itu mencatat bahwa pertumbuhan di Eropa dan wilayah Eropa/Asia Tengah yang lebih luas telah mencapai 3,8 persen pada tahun 2017. Dengan WB bekerja berdasarkan asumsi bahwa Brexit akan lancar dan kondisi perdagangan tidak akan banyak berubah, perkiraan pertumbuhan di UK telah direvisi turun dua basis poin dan pertumbuhan di wilayah Eropa yang lebih luas telah direvisi naik sebesar 1,3 poin persentase. Meskipun pertumbuhan di seluruh wilayah Eropa diperkirakan akan melambat menjadi 2,9 persen selama 2018, namun diperkirakan akan mempertahankan tingkat sekitar tiga persen sampai tahun 2020.
Untuk sepekan kedepan akan ada beberapa Fundamental penting yang akan dirilis untuk zona Ekonomi Uni Eropa, diantaranya :
  1. Trade Balance         Senin 15/01/2018 17:00 WIB
  2. German Final CPI   Selasa 16/01/2018 14:00 WIB
  3. Final CPI                   Rabu 17/01/2018 17:00 WIB
  4. Final Core CPI         Rabu 17/01/2018 17:00 WIB
  5. German PPI              Jumat 19/01/2018 14:00 WIB
  6. Current Account       Jumat 19/01/2018 16:00 WIB

Secara Teknikal, PENGUATAN pasangan harga EURUSD mungkin masih akan berlanjut berdasarkan formasi candlestick weekly. Namun demikian tetap perlu diwaspadai koreksi intraday BEARISH yang mungkin akan terjadi pada timeframe Daily. Apabila minggu depan terjadi breakout BEARISH pada level 1.2091, kemungkinan harga akan kembali ke level 1.2038 – 1.1983 – 1.1928. Namun sebaliknya apabila terjadi breakout BULLISH pada level 1.2195, maka kemungkinan harga akan kembali melanjutkan gerakan PENGUATANnya ke area level 1.2251 – 1.2306 – 1.2361.

No comments:

Post a Comment

Terima Kasih atas partisipasi anda.

Salam Profit

Belajar Trading tidak harus Mahal

Just Forex

JustForex